Halaman

Gagak yang Sombong

Di sebuah lapangan di tepi hutan, seekor burung gagak tua membungkus dirinya dengan bulu-bulu burung merak yang indah dan dia berjalan berkeliling pamer kepada burung gagak yang lain. Sebenarnya dia malah terlihat sangat lucu, karena bulunya yang hitam legam masih terlihat dibalik kostum bulu meraknya. Tetapi dia tetap berjalan angkuh dengan bangga dan memandang teman-temannya yang menonton dengan merendahkan. Burung yang sombong itu bahkan mematuk teman-temannya yang berani datang mendekat.
"Tukang tipu!" teriak burung gagak yang lain sambil terbang ke dalam hutan.

 Burung gagak tua itu yakin dia secantik burung merak, sehingga ia lalu mendekati sekumpulan burung merak yang sedang berjemur. Dia berpura-pura menjadi burung merak lalu memberi salam pada mereka. Tetapi para burung merak itu tidak tertipu. Mereka melihat bulu burung gagak yang hitam dibalik bulu warna warni. Mereka sangat marah pada kelancangannya sehingga ramai-ramai menghampirinya. Mereka berteriak dan mematukinya tanpa ampun, kostum warna warni gagak itu hancur tercabik cabik.
Kecewa dan sedih, si gagak mencari teman untuk menghibur hatinya. Tetapi teman-temannya juga sudah sangat kecewa padanya.
"Tidak! Tidak!" teriak mereka. "Jangan kembali lagi pada kami. Kamu sudah memutuskan untuk menjadi burung merak. Sekarang kamu terima akibatnya." Mereka meneriakinya hingga ia terbang jauh.
Burung malang itu sekarang tidak punya teman. Dia dihukum karena berpura pura menjadi orang lain, dan bahkan mencibir teman temannya yang sederajat.

Terjemah bebas dari : The Vain Jackdaw, Richards Topical Encyclopedia. 1951

Pesan dari cerita ini adalah : jadilah dirimu apa adanya. Jangan bersikap sombong, tinggi hati, dan ingin merasa lebih baik dari yang lain dengan merendahkan mereka.




 

Rusa yang Terluka


Jauh di dalam hutan, tersembunyi di balik semak-semak yang lebat, berbaring seekor rusa, hampir mati kelaparan. Seorang pemburu menembaknya, dan dia berjalan terpincang-pincang melarikan diri ke dalam hutan. Lalu dia beristirahat di atas sekumpulan rumput manis. Akan tetapi seekor kelinci menemukan persembunyiannya dan karena kasihan lalu dia sering datang menengoknya. Kelinci itu bahkan memberitahukan kepada penghuni hutan yang lain tentang rusa yang terbaring di rerumputan manis, sakit dan kesepian. Akhirnya semakin lama semakin banyak teman datang menjenguk.
Hal ini sangat menyenangkan untuk rusa, dia suka ditemani. Tetapi, ternyata... yang datang menjenguknya hanya teman yang suka makan rumput manis! Rumput manis itu segera habis, karena dimakan oleh kelinci- kelinci dan kambing kelaparan yang memakannya sampai ke akar-akarnya.
Ketika rusa itu terbaring di tanah gundul, seorang petani kebetulan lewat dan mendengar rintihan si Rusa. Dia menyibakkan semak semak dan menemukannya.
"Apa kesulitanmu, kawan?" Petani itu bertanya.
"Aku kelaparan!" jawab si Rusa."Kawan kawanku yang datang menjenguk telah memakan semua makanan."
"Saya akan memperingatkan mereka semua!" seru Petani. "Kamu harus memperhatikan mana kawanmu yang hanya sayang pada perut mereka." Kemudian dia pergi mengumpulkan banyak rumput di hutan dan membawanya kembali ke tempat si Rusa.
"Makanlah, semoga cepat sembuh."

Terjemah bebas dari : The Wounded Stag, Richards Topical Encyclopedia. 1951

Pesan dari cerita ini adalah : ada "teman" yang hanya peduli dengan dirinya sendiri. Carilah teman yang baik yang tetap menjadi teman di saat senang dan susah.

 


Katak Yang Ingin Mengalahkan Lembu

Lembu tua, tinggi besar dan gemuk, tidak sengaja menginjak seekor katak kecil. Katak gepeng terinjak di bawah tapaknya yang besar. Saudara-saudara si katak itu lalu segera berlompatan ke dalam kolam untuk memberitahukan ibunya apa yang telah terjadi.


"Oh Ibu! Lembu itu sangat besar!" mereka berkata. "Lebih besar dari apa pun yang pernah kita lihat!"
"Apakah sebesar ini?" Ibunya bertanya pada anaknya yang paling kecil, kemudian dia menarik nafas panjang dan segera menahan nafasnya. Tubuhnya mengembang seperti balon besar.
Mata katak-katak muda itu bulat terbelalak dengan kagum melihat ibunya, tetapi mereka menjawab, "Lebih besar Bu! Lebih besar lagi! Lembu itu lebih besar dua kali daripada ini!"
"Tentunya tidak lebih besar dari ini bukan?" Ibunya berkata sambil mengembangkan tubuhnya sekali lagi.
"Lebih besar lagi Bu!" mereka menjawab serentak.
"Sebesar ini?" Dia bertanya lagi, dan dia menarik dan menahan nafas lagi lebih dalam sampai wajahnya menjadi biru.
"Ya! Ya! Lebih besar lagi!" teriak si kecil.
Si ibu katak itu merasa direndahkan karena jawaban anak-anaknya. Dia beristirahat sejenak. Lalu dia menarik nafas lagi, jauh lebih dalam lagi. Tubuhnya menggelembung lagi lebih besar dari yang tadi, lalu tiba tiba terdengar suara letupan keras seperti balon pecah.
"Oh Ibu!" kata seorang anak katak dengan sedih. "Kenapa Ibu mengira dia bisa membuat dirinya sebesar lembu?"

Terjemah bebas dari : The Frog Who Would Outdo the Ox, Richards Topical Encyclopedia. 1951

Pesan dari cerita ini adalah : kemampuan setiap orang berbeda beda. Berusahalah sekuat tenaga tapi harus disadari bahwa kemampuan orang ada batasnya.
    

Ilalang dan Pohon Mahoni

Angin bertiup sangat kencang. Batang-batang padi rebah ketika angin mendesaknya. Pohon-pohon yang ramping di hutan tunduk dengan rendah hati dan binatang hutan meringkuk mencari tempat berlindung. Suara badai bergemuruh di atas pucuk pohon. Badai melewati kolam teratai membuat airnya berombak dan berbuih, meratakan bunga-bunga di sekelilingnya. Semua makhluk di darat menatap ke langit, melihat apa yang membuat keributan ini.
Tapi pohon mahoni yang tinggi besar berdiri dengan gagah, tidak tunduk walaupun badai berkecamuk.
"Kenapa kamu tidak membungkuk ketika angin menghantam dahan-dahanmu?" tanya ilalang kurus yang berlenggak lenggok kesana kemari, tak berdaya ditiup angin.
"Aku pohon Mahoni!" jawabnya. "Aku tidak tunduk pada siapa pun!"
"Oh!" jawab ilalang dengan sedih. "Aku hanya ilalang kurus. Aku bergoyang setiap ada angin yang berhembus."
Pohon mahoni menjawab dengan meremehkan,"Hah! Ini tidak seberapa! Kamu tidak tahu berapa sering badai yang telah aku alami dan telah aku kalahkan!"


Badai seperti mendengar perkataannya, dan segera angin berhembus lebih kencang. Kilatan halilintar menerangi langit, butiran hujan berjatuhan seperti desing peluru menghujani pohon mahoni.
Akhirnya prahara itu berakhir, dan matahari muncul dari balik awan, tersenyum ke bumi di bawahnya. Semua kembali tenang.
Tak lama, muncul dari arah padang para penebang kayu datang mengayunkan kapaknya dengan gembira. Mereka datang untuk menebang pohon mahoni.
Si pohon mahoni berusaha bertahan.Hantaman kapak memotong batangnya dengan dalam. Kemudian tubuhnya bergetar, roboh dengan suara membahana menghantam tanah.Para penebang kayu lalu mengikatnya dan menariknya keluar dari hutan, tempat tinggal si pohon mahoni bertahun-tahun lamanya.
Si ilalang kurus itu berdiri tegak, di dalam hatinya ia bersedih, "Alangkah kasihan pohon mahoni! Kita telah lama berkawan baik."  

Terjemah bebas dari : The Reed and the Oak, Richards Topical Encyclopedia. 1951

Pesan dari cerita ini adalah : tidak baik berkata sombong, sehebat apa pun kita masih ada yang mungkin melebihinya.

Pemimpin Kodok

Dahulu kala, ketika dunia masih sangat muda, ada sebuah kolam di tepi hutan. Di dalamnya tinggal ratusan ekor kodok yang bisa berbicara. Sungguh menyenangkan jika kita mengendap endap di balik pohon lalu mendengarkan mereka diam diam ketika mereka sedang berbicara dengan gembira.
Mereka berbicara terlalu banyak sehingga suatu saat mereka kehabisan bahan obrolan. Akhirnya mereka menjadi bosan tinggal di kolam yang sepi dan mereka menginginkan hiburan. Kodok kodok itu lalu berkumpul dan memutuskan bahwa mereka menginginkan seorang raja. Lalu mereka berdoa dengan suara nyaring bersahut sahutan agar mereka dipilihkan seorang raja.
Tiba tiba sebatang batang pohon jatuh dari langit. Batang pohon itu tercebur ke dalam kolam, air terciprat ke semua arah, menghujani ratusan kodok yang berlompatan ketakutan ke pinggir kolam. Sehari semalam kodok kodok itu bersembunyi di bawah daun teratai yang mengapung di permukaan kolam, tidak berani melangkah terlalu dekat dengan raja baru mereka. Seekor kodok yang paling berani di antara mereka lalu keluar dari tempat persembunyiannya. Dia mendekat dengan hati hati dan mengamati sang raja. Akhirnya yang lain ikut maju dan berenang hati hati di sekeliling batang pohon yang mengapung itu.
"Raja yang lucu," ucap seekor kodok menghina. Mereka akhirnya menyadari sang raja tidak bisa menolong atau memerintah mereka. Segera mereka berdoa lagi bersahut sahutan meminta raja yang lain.


Tak berapa lama, seekor burung bangau yang besar hinggap di tepi kolam. Sebuah mahkota emas berkilauan tampak di kepalanya. "Wahai kodok kodok, saya adalah raja kalian!" seru sang bangau dengan suara keras. Lalu dia berjalan cepat ke dalam kolam dan dengan cepat menelan para kodok itu secepat yang ia bisa.
Para kodok itu berlompatan lagi ketakutan, tapi kali ini mereka tidak bisa menghindari kecepatan paruh sang bangau.
"Oh kenapa, kenapa kita tidak memerintah diri kita sendiri saja?" seekor kodok bersedih hati.
Sang bangau itu makan hingga perutnya penuh, lalu dia terbang pergi. Tapi para kodok itu sekarang tak bisa berbicara karena begitu ketakutan. Mulai saat itu yang bisa mereka lakukan hanyalah mengeluarkan suara kodok ...dodododok...dododok.

terjemah bebas dari : The Frogs and Their King, Richards Topical Encyclopedia. 1951

Pesan dari cerita ini adalah : kejadian yang kita alami seringkali tidak sesuai dengan yang kita harapkan, dan itu adalah sebuah pembelajaran dalam hidup.

  
     

Petani dan Burung Bangau

Matahari menyinari kebun dengan sinarnya yang kekuningan, rumah petani tua yang berwarna kuning tampak lembut seperti terbuat dari mentega. Bayang-bayang pohon menaungi sawah yang padinya sudah berisi bulir- bulir, siap untuk dipanen.
Pintu rumah terbuka lebar, dan Pak Tani melangkah keluar. Dia membuka pintu gerbang dan berjalan ke sawah untuk memeriksa jaring yang dia pasang pada malam harinya. Dia ingin menangkap burung-burung yang suka memakan bulir padinya. Betapa terkejutnya dia, ketika dia menemukan burung bangau yang besar terperangkap di jaringnya. Burung itu berteriak-teriak ketika melihat Pak Tani datang.


"Aku tidak bersalah, Pak Tani yang baik!" teriaknya memohon.
"Aku tidak memakan bulir padimu! Aku hanya terbang bersama-sama dengan burung-burung yang lain. Dan sekarang tidak sengaja aku terjerat jaringmu!"
"Semua itu mungkin benar," jawab Pak Tani. "Tetapi kamu tertangkap bersama para pencuri! Dan akibatnya kamu harus menanggung kesalahan para pencuri itu!"
Pak Tani berkata bijak,"Kita dikenal karena teman teman kita."

terjemah bebas dari : The Farmer and the Stork, Richards Topical Encyclopedia. 1951

Pesan dari cerita ini adalah : pandai-pandailah memilih teman. Teman yang baik akan membawa kebaikan bagi diri kita, teman yang buruk akan mengakibatkan keburukan bagi diri kita.